Konsep Ketuhanan Dalam Islam
Allah Maha Esa dalam Zat-nya
Ini dapat diartikan bahwa Allah tidak sama dan tidak dapat dibandingkan dengan apapun yang kita kenal, yang menurut ilmu kimia terjadi dari susunan atom, molekul, unsur berbentuk yang takluk kepada ruang dan waktu yang dapat ditangkap oleh paca indra manusia. Allah berfirman dalam surah Asyura ayat 11 :
فَاطِرُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَمِنَ الأنْعَامِ أَزْوَاجًا يَذْرَؤُكُمْ فِيهِ لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
" (Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri berpasang-pasangan dan dari jenis binatang ternak berpasang-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu.Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia. dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Melihat."
Kata dzat yang disandarkan pada
Allah kita jumpai pada sabda Nabi saw, “Tafakkaruu fi khalkillah walaa
tafakkarua fi dzatihi” atau “Berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah, tapi
jangan berpikir mengenai Dzat-Nya.” (atau dzat Sang Pencipta).
Perhatikanlah Firman Allah subhanahu
wata’ala ini:
“Dan tidak ada seorangpun yang
setara dengan Dia.” (QS. Al-Ikhlas[112]:4)
”Tidak sesuatu pun yang serupa
dengan Dia (Allah), dan Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. As-Syuuraa[26]:11)
“Dia tidak dapat dicapai oleh
penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah
Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
(QS. Al-An’Aam[6]:103)
Dengan demikian, maka setiap kali
kita menyebut Dzat Allah, tidak berarti bahwa dzat yang dimaksud adalah dzat
yang sama dengan berbagai dzat ciptaan-Nya sendiri seperti zat cair, zat padat,
zat gas, atau zat-zat lain yang menyerupai itu. Sama hal nya dengan ketika kita
berkata bahwa Allah Maha Mendengar. Ini juga tidak bisa diartikan sesederhana
sebagaimana makhluk ciptaan-Nya mendengar dengan bantuan panca indera telinga.
Kata
dzat yang disandarkan pada Allah kita jumpai pada sabda Nabi saw,
“Tafakkaruu fi khalkillah walaa tafakkarua fi dzatihi” atau “Berpikirlah
kamu tentang ciptaan Allah, tapi jangan berpikir mengenai Dzat-Nya.”
(atau dzat Sang Pencipta). - See more at:
http://forum.muslim-menjawab.com/2012/02/18/menjawab-tuduhan-tentang-dzat-allah-subhanahu-wa-taala/#sthash.QRJvlYmU.dpuf
Kata
dzat yang disandarkan pada Allah kita jumpai pada sabda Nabi saw,
“Tafakkaruu fi khalkillah walaa tafakkarua fi dzatihi” atau “Berpikirlah
kamu tentang ciptaan Allah, tapi jangan berpikir mengenai Dzat-Nya.”
(atau dzat Sang Pencipta). - See more at:
http://forum.muslim-menjawab.com/2012/02/18/menjawab-tuduhan-tentang-dzat-allah-subhanahu-wa-taala/#sthash.QRJvlYmU.dpuf
Kata
dzat yang disandarkan pada Allah kita jumpai pada sabda Nabi saw,
“Tafakkaruu fi khalkillah walaa tafakkarua fi dzatihi” atau “Berpikirlah
kamu tentang ciptaan Allah, tapi jangan berpikir mengenai Dzat-Nya.”
(atau dzat Sang Pencipta). - See more at:
http://forum.muslim-menjawab.com/2012/02/18/menjawab-tuduhan-tentang-dzat-allah-subhanahu-wa-taala/#sthash.QRJvlYmU.dpu
Keyakinan kepada Zat Allah Yang Maha Esa seperti itu mempunyai konsekuensi. Konsekuensinya adalah bagi umat islam yang mepunyai aqidah demikian, segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh panca indera mempunyai bentuk tertentu, tunduk pada ruang dan waktu, hidup memerlukan makanan dan minuman seperti manusia biasa, mengalami sakit dan mati, lenyap dan musnah, bagi seorang muslim bukanlah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena itu kita dilarang memikirkan wujud allah.
Kata
dzat yang disandarkan pada Allah kita jumpai pada sabda Nabi saw,
“Tafakkaruu fi khalkillah walaa tafakkarua fi dzatihi” atau “Berpikirlah
kamu tentang ciptaan Allah, tapi jangan berpikir mengenai Dzat-Nya.”
(atau dzat Sang Pencipta). - See more at:
http://forum.muslim-menjawab.com/2012/02/18/menjawab-tuduhan-tentang-dzat-allah-subhanahu-wa-taala/#sthash.QRJvlYmU.dpuf